Minggu, 28 Februari 2016

Kisah Hidup Sayyidina Abu Bakar


Kisah Hidup Sayyidina Abu Bakar

Beliau lahir dua tahun beberapa bulan setelah kelahiran Rasulullah Saw di kota Mekkah. Atau pada tahun 51 sebelum Hijriah (751 M). Nama lengkapanya Abdullah bin Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab at-Taimy al-Qursy. Dulunya bernama Abdul Ka’bah, kemudian Rasulullah mengantinya dengan nama Abdullah. Gelarnya As-Sidiq; orang percaya. Ketika terjadi peristiwa Isro’ dan Mi’roj, beliaulah termasuk orang pertama yang percaya dengan peristiwa itu. Maka beliau digelari as-Siddiq. Nama panggilanya Abu Bakar. Ibunya bernama ummul Khoir Salma binti Shahr bin ‘Amir .


Di kalangan kaumnya dikenal dengan al-‘Atiq. Konon ceritanya Rasulullah pernah berkata; “Kamu adalah hamba Allah yang dijauhkan (‘Atiq) dari api neraka”. Maka sejak itulah terkenal di kalangan sahabat dengan sebutan al-‘Atiq. Pendapat lain mengatakan karena wajahnya yang ganteng. Pendapat lain karena banyak memerdekakan budak muslim seperti Bilal. Pendapat lain karena tidak ada cacat dalam nasabnya.


Mengenai pribadinya, Ibn Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin az-Zubair, “Ketika para sahabat sedang kumpul dalam suatu majlis, seseorang bertanya kepada Abu Bakar. “Apakah kamu pernah minum khomer pada masa Jahiliyah?” kata orang itu. Beliau menjawab, “Aku berlingung kepada Allah. “Kenapa” orang itu bertanya. “Saya dapat menjaga kehormatan diriku dan muruah. Sebab orang yang minum khomer hilang kehormatannya dan muruahnya” jawab Abu Bakar. Orang pun melaporkan kepada Rasulullah. Rasulullah berkata, “Abu Bakar benar. Abu Bakar benar.” Dari Aisyah ‘Aisyah r.a. berkata, “Demi Allah, Abu Bakar r.a. belum pernah membaca syair pada masa Jahiliyah dan Islam. Beliau dan Utsman bin ‘Affan tidak pernah meminum khomer/arak.”


Pada waktu Rasulullah wafat, kaum muslimin mulai guncang dan kebinggungan akan keberlangsungan Islam. Melihat kondisi yang sangat membahayakan ini, beliau dengan lantang berkata; “ Siapa diantara kalian yang menyembah Muhammad (Rasulullah), maka Muhammad sudah wafat. Tapi barangsiapa menyembah Allah SWT maka Allah SWT itu hidup dan tidak akan mati.” Mendengar ucapan itu, maka tenanglah hati umat Islam. Hingga akhirnya Allah SWT menguatkan keimanan mereka.


Selepas Rasululllah wafat, beliau diangkat menjadi kholifah oleh kaum muslimin pada tahun 11 H. inilah sejarah pergantian kempimpinan umat Islam untuk pertama kali yang didasarkan pada syuro’ (musyawarah). Pada waktu dipilih menjadi kholifah beliau berkata; “Aku diangkat menjadi pemimpin kalian tapi bukan berarti aku yang paling baik dari kalian. Sekiranya aku melakukan kebaikan maka kalian harus menolongnya dan sekiranya aku berbuat salah maka kalian wajib meluruskan dan mengingatkan. Kejujuran adalah amanah dan berdusta adalah khianat dan pengingkaran terhadap yang benar. Orang-orang yang lemah diantara kalian, bagiku adalah orang kuat hingga aku memberikan haknya. Dan orang-orang yang kuat diantara kalian, bagiku adalah lemah hingga aku ambil hak-hak itu darinya.”


Istri-istri beliau; Ummu Rumman binti ‘Amir, Qutailah binti Abdul Izza, Asma’ binti ‘Umais dan Habibah binti Khorijah. Lahir dari perkawinnya tiga anak laki-laki dan tiga perempuan. Tiga anak laki-laki itu; Abdullah, Abdurrahman dan Muhammad. 3 anak perempuannya; Asma’, Aisyah (istri Rasulullah) dan Ummu Kultsum.


Beliau menjabat sebagai kholifah selama dua tahun dan tiga bulan. Wafat pada tahun 12 H berumur 63 tahun, seperti umur Rasulullah ketika wafat. Dikuburkan di dekat kuburan Rasulullah di kamar Aisyah RA. Sebelum wafatnya, beliau pernah berwasiat kepada Umar bin Khottob untuk menjadi kholifah.


Beliau sangat pandai dalam ilmu nasab (silsisah keturunan) suku dan juga penceritaannya. Beliau termasuk dari ketua-ketua Quraisy di masa Jahiliyah yang disegani dan senangi karena sikapnya yang bijak. Selama hidupnya belum pernah minum khomer dan menyembah patung. Ketika di Yaman, seorang syeik dari al-Azd pernah memberitahu tentang hadirnya kenabian Muhammad Saw. Beliau orang pertama yang meyakini dan mempercayai kenabian Muhammad. Seperti halnya berita yang disampaikan Waroqoh bin Naufal kepada beliau mengenai kenabian Muhammad Saw.


Pada waktu hijrah, beliau menjadi teman Rasulullah dalam perjalanan hijrah itu, begitu juga ketika Rasulullah berada di gua Hira. Hal ini bisa dibaca dalam firman Allah; “…sedang ia salah seorang dari dua sahabat pada waktu di gua Hiro..(QS.at-taubah:40). Ketika melakukan ibadah haji beliau orang pertama menjadi amir (ketua) rombongan kaum muslimin dalam haji tersebut dan orang pertama yang menjadi imam sholat setelah wafatnya Rasulullah.


Diantara orang-orang yang memeluk Islam atas jasanya adalah; az-Zubair bin al-Awwa, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin ‘Auf, Saad bin Abu Waqos, Tholhah bin Ubaidillah, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah. Mereka termasuk 10 orang-orang yang diberitakan masuk surga. Termasuk beliau juga.


Beliau telah memerdekakan 7 orang; Bilal, ‘Amir bin Fahiroh, Zanirah, Nahdiyah dan anak perempuannya, Jariyah bani Muammal dan Ummu ‘Abis. Mengumpulkan mushaf yang tersebar di pelbagai pelosok. Beliau juga orang yang sangat tegas memerangi orang-orang murtad (keluar dari Islam) dan engan membayar zakat. Pada masa beliau memangku kholifah, syiar Islam tersebar melalui penaklukan ke pelbagai negara. Inilah sejarah awal penaklukan dalam Islam. Ada 142 hadits yang diriwayatkankan. Diantara riwayat hadits dari beliau; Suatu ketika Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku do’a dalam sholat.” Rasulullah menjawab: “berdoalah dengan ini; “Allahumma inni dholamtu nafsi dhulman katsiro…(Wahai Allah, aku banyak berbuat kedhaliman, tidak ada orang yang boleh berikan ampunan dosa-dosa dholimku kecuali Engkau. Maka berilah ampunana atas semua dosa-dosaku dan berilah kasih sayang dan rahmat. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pemberi Ampunan dan Kasih sayang” (HR.Bukhori)


Apa kata Rasulullah mengenai pribadinya: “Tidak seorangpun diantara manusia yang lebih banyak dari Abu Bakar dalam menjaga diriku denganm jiwa dan hartanya. Sekiranya dibolehkan aku menjadikan teman baik diantara manusia niscaya saya jadikan Abu Bakar sebagai teman baik. Akan tetapi pertemanan dan persaudaraan atas nama Islam itu lebih utama. Silahkan kalian tutup setiap pintu untukku di masjid kecuali pintu Abu Bakar (HR.Bukhori).


Dalam hadits lain disebutkan,suatu ketika Rasulullah bertanya kepada para sahabat; “ Siapa diantara kalian yang hari ini berpuasa.” Abu Bakar menjawab; “Saya, wahai baginda Rasul. “Siapa diantara kalian yang telah memberi makan orang miskin?” Abu Bakar menjawab; “Saya, Wahai Rasul.” “Siapa diantara kalian telah mendoakan dan menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab; “Saya, wahai baginda Rasul.” Setelah itu Rasulullah bersabda; “Sekiranya sifat dan perbuatan tersebut dilakukan oleh seseorang maka kelak dia akan masuk surga.”


Wasiat Abu Bakar kepada Umar sebelum ajal menjemputnya sebagaimana diceritakan Abdurrahman bin Abdullah bin Sabith “Pada waktu ajal hendak menjemputnya, beliau memangil Umar. Beliau berkata, “Wahai Umar, ingatlah bahwa ada amalan untuk Allah yang dilakukan siang hari yang Allah tidak akan menerima amalan itu di waktu malam. Dan ada amalan untuk Allah yang di malam hari yang tidak akan diterima di waktu siang. Allah tidak menerima amalan sunnah sehingga yang wajib dilaksanakan. Timbangan amal baik di akherat menjadi berat karena mengikuti jalan kebenaran di dunia hingga Allah beratkan timbangan atas mereka. Dan timbangan (baik) manusia berkurang di akherat karena manusia mengikuti jalan sesat/batil selama di dunia


Ketika beliau wafat, Ali bin Tholib berkata; “Semoga Allah memberikan rahmat kepada Abu Bakar, Kamu adalah saudara Rasulullah, kawan dekat, penghibur duka lara, dan kawan dalam bermusyawarah. Kamu adalah orang pertama yang berislam, yang paling ikhlas beriman kepada Allah dan Rasulul-Nya, yang paling baik dalam persahabatan dan paling mulia diantara kaum lainnya. Kamu juga yang paling serupa dengan Rasulullah ketika diam dan gerak. Allah telah angkat derajat namamu, wahai Abu bakar dalam tingkatan yang paling tinggi. Allah berfirman; “ Dan orang yang percaya dengan kenabian Muhammad.


Dalam riwayat Asakir dari al-Ashma’y disebutkan bahwa Abu Bakar jika dipuji beliau berdo’a “Ya Allah Engkau lebih tahu tentang diriku dan saya lebih tahu dari mereka. Ya Allah berikan kebaikan padaku dari apa yang mereka sangkakan. Ampunilah aku dari apa yang mereka tidak tahu dan jangan azab aku dari apa yang mereka katakan.”


Patuhi Perintah, Jangan Membangkang




Patuhi PerintahNya
Setelah Allah SWT. menciptakan  bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh - tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.
Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.: "Wahai Tuhan kami! Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."
Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna.
Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.
Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.
Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.
Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah." 
Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."
 
Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"
Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?",tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."
Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini." 
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.
Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.
Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami." 
 
 
 

Azab LGBT


Jangan Kembali Seperti Mereka
Nabi Luth as. Adalah keponakan Nabi Ibrahim as Yang diutus oleh Allah kepada penduduk negeri Somod. penduduk negeri Somod melakukan suatu bentuk kemaksiatan terburuk (fahisyah) yang belum pernah dilakukan oleh jenis manusia sebelumnya. Selain musyrik kepada Allah, mereka melalukan aktivitas homo seksual (Gay) dan lesbian. Hubungan seks sejenis tidak bisa dibenarkan dalam keadaan apapun.

Menghadapi kaum semacam itu, Nabi Luth tidak menyerukan ajaran tauhid seperti ajakan nabi-nabi lainnya. Ini menunjukkan bahwa homoseksual merupakan penyimpangan yang sangat buruk yang harus diluruskan bersama dengan pelurusan akidah mereka. Tapi seruan Nabi Luth itu tidak digubris sama sekali oleh kaumnya. Mereka menganggap perbuatan yang mereka lakukan selama ini adalah sesuatu yang biasa dan normal.

Tidak ada alasan bagi siapapun untuk melarang dan mengatur aktifitas seksual mereka. Apalagi oleh seorang pendatang seperti Luth. Mereka juga menuding Nabi Luth sebagai orang yang bersikap sok suci dan mengancam akan mengusir Nabi Luth dan keluarganya jika tidak berhenti melarang apa yang selama ini mereka lakukan.

Sikap keras yang ditunjukkan penduduk Sodom tersebut tidak mematahkan semangat Nabi Luth. Selain menyerukan agar mereka menggauli istri-istri mereka dan tidak lagi berhubungan dengan sesama jenis, Nabi Luth juga mengajak kaumnya untuk meninggalkan kebiasaan mereka merampok  dan berbuat kemungkaran (berkata cabul, berjudi dan mabuk-mabukan) di tempat-tempat umum.

Tahun demi tahun berlalu , tapi tidak seorangpun dari kaumnya yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus masygul dengan perbuatan keji tersebut. Penentangan mereka terhadap Nabi Luth pun semakin menjadi-jadi. Apalagi dalam menjalankan dakwahnya ini Nabi Luth tidak mendapat dukungan dari istrinya yang bergabung dengan para penentang Luth dan ikut mencela dakwah Nabi Luth. Sampai akhirnya, Penduduk negri itu menantang Nabi Luth untuk mendatangkan azab yang ia sampaikan, mereka berkata “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”

Melihat pengingkaran mereka yang dari hari ke hari semakin menjadi-jadi, serta mendengar kedurhakaan mereka terhadap Allah, hilanglah harapan Nabi Luth atas kaumnya. Dia pun bertawakkal kepada Allah dan meminta keselamatan atas azab yang kelak menimpa mereka. Allah swt. Lalu mengutus malaikan Jibril, Israfil, dan Mikail untuk menyampaikan kabar keada Nabi Luth perihal azab yang akan ditimpakan kepada kaumnya dalam waktu dekat.

Sebelum menemui Nabi Luth, para malaikat ini bertamu ke rumah Nabi Ibrahim. Lalu para malaikat keluar dari rumah Nbi Ibrahim menuju negeri Sodom di waktu Ashar. Pada saat bersamaan, salah seorang putri Nabi Luth sedang mengambil air di pinggir sungai. Ia terheran –heran melihat kehadiran beberapa orang pemuda berkulit putih dan berwajah tampan. Wujud fisik para malaikat ini sungguh mengagumkan dan mempesona setiap mata yang memandang. Salah seorang malaikat bertanya kepada putri kecil tersebut, “Wahai anak perempuan, apakah ada rumah disini untuk kami singgah?” seketika itu juga si kecil mengingat kebejatan penduduk negerinya. Dia meminta mereka menunggu di situ sampai ia datang bersama ayahnya.

Begitu mendengar kabar dari putrinya, Nabi Luth berkata kepada dirinya sendiri, “Ini adalah hari yang amat sulit.” Ia kemudian berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth melihat wajah-wajah mereka yang asing, beliau merasa heran. Mereka pasti pendatang yang sedang dalam perjalanan jauh. Tapi wajah mereka tidak nampak letih dan tidak ada debu yang menempel di tubuh dan pakaian mereka. Saat ditanya siapakah mereka, mereka diam dan justru minta dijamu. Nabi Luth tersentak dan nampak malu mendengar permintaan tersebut.

Ia lalu berjalan memimpin pemuda-pemuda tadi menuju rumahnya. Di tengah perjalanan, Nabi Luth berhenti sambil menoleh ke arah mereka dan meminta mereka mengurungkan rencana bermalam di negerinya. “Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini selain penduduk negeriku,” kata Nabi Luth. Tapi para pemuda itu seakan tidak peduli. Sepanjang perjalanan, Nabi Luth terus menceritakan kondisi kaumnya yng suka berbuat kerusakan dan menghinakan tamu-tamu mereka.

Tapi tamu-tamu itu tetap berjalan dalam keadaan membisu. Padahal Nabi Luth berharap mereka pergi meninggalkan negeri Sodom saat itu juga. Para tamu itu lalu dibawa ke suatu kebun hingga menjelang Maghrib. Saat gelap tiba, dalam keadaan was-was, Nabi Luth membawa ketiga tamu itu ke rumahnya. Tidak ada seorang pun penduduk kota yang melihat mereka. Hati Nabi Luth pun lega.

Tapi rupanya istri Luth mengetahui hal tersebut. Ia bergegas ke luar rumah dan memberitahukan para penduduk perihal kedatangan tiga orang pemuda rupawan. Belum lama Nabi Luth dan tamu-tamu itu berada di rumah, segerombolan orang berdatangan dan berteriak di depan pintu rumahnya. Nabi Luth bertanya kepada dirinya sendiri, “Siapa gerangan yang memberitahu mereka?” kemudian dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari istrinya, tapi ia tidak menemuinya.

Nabi Luth keluar menemui kaumnya yang berteriak-teriak meminta agar tamu-tamu itu diserahkan kepada mereka. Dia berkata, “Hai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kamu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan terhadap tamu-tamuku. Tidak adakah di antara kamu seorang lelaki yang berakal?”
Mereka menjawab, “Sesungguhnya pasti engkau telah tahu bahwa kami tidak tidak mempunyai keinginan terhadap putri-putrimu, dan sesungguhnya engkau tentu mengetahui apa yang kami hendaki.
Nabi Luth berkata, “Seandainya aku mempunyai kekuatan atau kalau aku dapat berlindung kepada kelompok yang kuat.”

Kericuhan yang terjadi di depan rumah Luth semakin hebat. Keheningan malam seketika berubah bising. Para tamu itu pun bangkit meninggalkan rumah Luth, dan mereka berseru memberitahukan identitas asli mereka. Nabi Luth tertegun begitu mengetahui para tamu itu adalah malaikat utusan Allah. Tiba-tiba pintu terbelah. Jibril bangkit dan menunjuk dengan cepat ke arah orang-orang itu sehingga mereka kehilangan mata.

Mereka pun berjalan serampangan tanpa arah. Saling bertubrukan satu sama lain. Para malaikat lalu menyampaikan kepada Nabi Luth perintah Allah swt. Untuk membawa keluarganya, kecuali istrinya, keluar kota di waktu Subuh. Istri yang dimaksud adalah istri kedua Nabi Luth yang ia nikahi setelah istri pertamanya meninggal dunia di sodom. Thahir Ibn ‘Asyur menduga istri keduanya ini berasal dari penduduk negeri Sodom.

Dari istri pertama, Nabi Luth dikaruniai dua orang putri yang kemudian menikah dengan penduduk setempat. Keduanya mengikuti kehendak suami mereka yang malam itu enggan keluar dari negeri Sodom. Sedang dari istri kedua, ia dikaruniai dua orang putri yang masih perawan dan ikut keluar bersama ayahnya menjelang azab tiba.

Setelah itu tujuh kota Sodom dihancurkan dalam satu waktu. Jibril mengangkat semuanya ke langit kemudian membalikkan ketujuh kota itu dan menumpahkan kembali ke bumi. Setelah semua bangunan dan makhluk hidup di dalamnya hancur, langit menghujani mereka dengan batu-batu sijjil. Yaitu batu bercampur tanah atau tanah bercampur air yang membeku dan mengeras. Batu-batu yang dipersiapkan secara khusus untuk menyiksa kaum Nabi Luth itu meluncur deras bertubi-tubi bagaikan air hujan. Maka tidak ada seorang pun yang selamat dari azab Allah di waktu Subuh itu.


 

Selasa, 23 Februari 2016

Nabi Ibrahim Mencari Kebenaran


Nabi Ibrahim Mencari Tuhan

Nabi Ibrahim as. adalah putra dari Azar. Nabi Ibrahim as. dilahirkan di wilayah Kerajaan Babylonia yang saat itu diperintah oleh Raja bernama Namrud. Namrud adalah raja yang sangat sombong yang mengaku dirinya Tuhan. Raja Namrud juga dikenal sangat kejam kepada siapa saja yang berani menentang kekuasaannya.
Suatu saat Namrud bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia melihat seorang anak laki- laki yang memasuki kamarnya kemudian mengambil mahkotanya. Keesokan harinya, ia pun memanggil tukang ramal yang sangat terkenal untuk mengartikan mimpinya tersebut. Tukang ramal mengartikan bahwa anak yang hadir dalam mimpinya tersebut kelak suatu saat akan meruntuhkan kerajaannya. Mendengar hal tersebut, Namrud menjadi murka. Dia memerintahkan kepada seluruh tentara kerajaan agar membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan. Azar yang istrinya saat itu sedang mengandung begitu khawatir akan keselamatan bayi yang dikandung istrinya tersebut. Ia khawatir bahwa bayi yang ada dalam perut istrinya adalah seorang bayi laki-laki yang selama ini ia dambakan. Untuk menyelamatkan calon bayinya tersebut, diam-diam Azar mengajak istrinya bersembunyi di dalam sebuah gua yang jauh dari keramaian. Di gua itulah kemudian bayi tersbut dilahirkan dan diberi nama Ibrahim. Agar tidak diketahui oleh khalayak ramai, Azar dan istrinya meninggalkan Ibrahim yang masih bayi itu di dalam gua dan sesekali datang untuk melihat keadaannya. Hal itu terus dilakukukan hingga Ibrahim tumbuh menjadi anak kecil yang sehat dan kuat atas izin Allah Swt. Bagaimana Ibrahim dapat hidup di dalam gua, padahal tidak ada makanan dan minuman yang diberikan kepadanya? Jawabannya karena Allah Swt. menganugerahkan Ibrahim untuk menghisap jari tangannya yang dari situ keluarlah air susu yang sangat baik. Itulah mukjizat pertama yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim as. Lama hidup di dalam gua tentu membuat Ibrahim kecil sangat terbatas pengetahuannya tentang alam sekitar. Maka, di saat ada kesempatan untuk keluar dari gua, Ibrahim pun melakukannya. Betapa terkejutnya ia, ternyata alam di luar gua begitu luas dan indah. Di dalam ketakjubannya itu, Ibrahim berpikir bahwa alam yang sangat luas dan indah berikut isinya termasuk manusia, pasti ada yang menciptakannya. Maka, Nabi Ibrahim pun lalu berjalan untuk mencari Tuhan. Ia mengamati lingkungan sekelilingnya. Namun, ia tidak menemukan sesuatu yang membuatnya kagum dan merasa dapat dijadikan Tuhannya.
Di siang hari, Ibrahim melihat begitu cerahnya matahari menyinari bumi. Ia berpikir, mungkin matahari adalah tuhan yang ia cari. Tetapi ketika senja datang dan matahari tenggelam di ufuk, gugurlah keyakinannya akan matahari sebagai tuhan. Sampai akhirnya, malam pun datang menjelang. Bintang di langit bekerlap-kerlip dengan indahnya. Sinarnya membuat suasana malam menjadi lebih indah dan cerah. “Apakah ini Tuhan yang aku cari?” Kata Ibrahim di dalam hati dengan gembira. Ditatapnya bintang-bintang itu dengan penuh rasa bangga. Tapi ternyata, ketika malam beranjak pagi, bintang-bintang itu pun menghilang satu per satu. Dengan pandangan kecewa, Nabi Ibrahim melihat satu per satu bintang-bintang itu menghilang dari langit. “Aku tidak menyukai Tuhan yang bisa menghilang dan tenggelam karena waktu,” gumamnya dengan penuh perasaan kecewa. Nabi Ibrahim pun kemudian mencoba mencari Tuhan yang lain. Memasuki malam berikutnya, bulan pun muncul dan bersinar memancarkan cahayanya yang terang. Ia pun menduga, “Inikah Tuhan yang aku cari?” Maka, ketika pagi datang menjelang, bulan pun hilang tanpa alasan seperti yang terjadi terhadap matahari dan bintang, Ibrahim pun memastikan bahwa bukanlah matahari, bintang, maupun bulan yang menjadi Tuhan untuk disembah, tetapi pasti ada satu kekuatan Yang Maha perkasa dan Maha agung yang menggerakkan dan menghidupkan semua yang ada, termasuk matahari, bintang, dan bulan. Ibrahim pun menyimpulkan bahwa Tuhan tidak lain adalah Allah Swt. Saat keyakinan Nabi Ibrahim as. kepada Allah Swt. betul-betul merasuki jiwanya, mulailah ia mengajak orang-orang di sekitarnya untuk meninggalkan penyembahan terhadap berhala yang tak memiliki kekuatan apa pun, tidak pula memberi manfaat apa-apa. Orang pertama yang ia ajak untuk hanya menyembah Allah Swt. adalah Azar, ayahnya sendiri yang berprofesi sebagai pembuat patung untuk disembah. Mendengar ajakan Ibrahim, Azar marah karena apa yang dilakukannya sudah dilakukan oleh nenek moyangnya sejak dahulu. Azar meminta Ibrahim untuk tidak menghina dan melecehkan berhala yang seharusnya disembah. Kepada orang-orang di sekelilingnya Ibrahim berseru, “Wahai saudaraku! Patung-patung itu hanyalah buatan manusia yang tidak dapat bergerak dan tidak memberi manfaat sedikitpun. Mengapa kalian sembah dengan memohon kepadanya?” Demikian ajakan Ibrahim kepada umatnya. Akan tetapi, kaumnya tidak mau mendengarkan, apalagi mengikuti ajakan Nabi Ibrahim a.s., bahkan mereka mencemooh dan memaki Nabi Ibrahim. Menyadari bahwa ajakannya untuk menyembah hanya kepada Allah Swt. tidak mendapatkan respon yang baik dari umatnya, Nabi Ibrahim as. lalu mengatur cara bagaimana melakukan dakwah secara cerdas dan lebih efektif. Maka, saat seluruh penduduk negeri termasuk Raja Namrud pergi untuk berburu, Nabi Ibrahim a.s. lalu masuk ke dalam kuil penyembahan berhala kemudian menghancurkan semua berhala yang ada dengan sebuah kapak besar yang telah disiapkannya. Semua berhala hancur kecuali berhala yang paling besar yang sengaja ia sisakan. Pada berhala besar itu, Nabi Ibrahim a.s.  menggantungkan kapak di leher berhala terbesar tersebut. Sekembalinya dari perburuan, Raja Namrud dan semua penduduk negeri  terkejut luar biasa. Mereka dengan sangat marah mencari tahu siapa yang telah berani melakukan perbuatan tersebut. Mengetahui bahwa Ibrahimlah satu-satunya lelaki yang tidak ikut serta dalam perburuan, Raja Namrud memerintahkan tentaranya untuk memanggil dan menangkap Ibrahim untuk dihadapkan kepadanya. Di hadapan Raja Namrud, Ibrahim berdiri dengan tegak dan penuh percaya diri. “Hai Ibrahim, apakah engkau yang menghancurkan berhala-berhala itu?” tanya Raja Namrud. “Tidak, saya tidak melakukannya,” jawab Ibrahim as. “Jangan mengelak, wahai Ibrahim, bukankah kamu satu-satunya orang yang berada di negeri saat yang lainnya pergi berburu?” sergah Raja Namrud. “Sekali lagi tidak! Bukan aku yang melakukannya, melainkan berhala besar itu yang melakukannya,” jawab Ibrahim as. dengan tenang. Mendengar pernyataan Nabi Ibrahim as, Raja Namrud marah seraya berkata, “Mana mungkin berhala yang tidak dapat bergerak engkau tuduh menghancurkan berhala lainnya?” Mendengar pertanyaan Raja Namrud, Ibrahim as. tersenyum kemudian berkata, “Sekarang anda tahu dan anda yang mengatakannya sendiri bahwa berhala itu tidak dapat bergerak dan memberikan melakukan apa-apa. Lalu, mengapa ia engkau sembah?” Mendengar jawaban Ibrahim as. yang tidak disangka-sangka, Namrud terhenyak dan Namrud sebetulnya menyadari hal tersebut. Namun, karena kebodohan dan kesombongannya, Namrud tetap saja tidak memedulikan jawaban dari Ibrahim as. Ia kemudian memerintahkan kepada tentaranya untuk membakar Ibrahim hidup-hidup sebagai hukuman atas perlakuannya kepada berhala-berhala yang mereka sembah. Setelah semua persiapan untuk membakar Ibrahim as. telah lengkap, dilemparkanlah Nabi Ibrahim ke dalam api yang berkobar dan panas. Apa yang terjadi selanjutnya? Allah Swt. menunjukkan kemahakuasaan-Nya dengan meminta api agar menjadi dingin untuk menyelamatkan Ibrahim as. Maka, api pun dingin sehingga Ibrahim as. tidak terluka sedikit pun karenanya. Itulah mu’jizat terbesar yang diterima oleh Nabi Ibrahim, yaitu tidak terluka saat dibakar dengan api membara yang sangat panas.

Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/09/kisah-nabi-ibrahim-as-mencari-kebenaran.html

Minggu, 07 Februari 2016

Sayyidina Bilal Merindukan Rasulullah



Kisah Sayyidina Bilal Bin Rabah R.A Yang Merindukan Rasulullah
Bilal menjadi muazin tetap selama Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”
Sesaat setelah Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan napas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah), tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.
Sejak kepergian Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam, Bilal tak sanggup mengumandangkan azan. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah), ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.
Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.
Awalnya, ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”
Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”
Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam wafat.”
Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus.
Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya, “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?”
Bilal pun bangun terperanjat, airmata rindunya seketika tak terbendung lagi. Segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.
Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi, pada sang kekasih. Penduduk Madinah yang mengetahui kedatangannya, segera keluar dari rumah untuk menyambutnya. Ketika masuk waktunya sholat, beberapa Sahabat meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan. Akan tetapi Bilal terus menolak permintaan itu.
Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi, Hasan dan Husein. Kali ini mereka berdua yang meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan, “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”
Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi itu. “wahai cahaya mataku, wahai dua orang yang sangat dicintai Rasul, sesungguhnya wajib bagiku untuk memenuhi keinginan kalian. Sesungguhnya apabila semua penduduk bumi memintaku mengumandangkan adzan, aku tetap tak akan mau melalukannya. Akan tetapi, setiap permintaan kalian berdua, adalah keharusan bagiku untuk melaksanakannya.”
Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.
Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada era Nabi. Mulailah dia mengumandangkan adzan.
Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali.
Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
Dan saat Bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi. Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Setelah itu ia jatuh pingsan bersama banyak orang yang lain karena kerinduan mereka akan sosok Rasulullah SAW.
Hari itu, madinah mengenang masa saat masih ada Nabi. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi. Dan tidak pernah disaksikan hari yang lebih banyak laki-laki dan wanita menangis daripada hari itu
Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama Bilal sekaligus adzan terakhirnya semenjak Nabi wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Sebab kesedihan yang sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi.
Beberapa hari kemudian Bilal bin Rabah jatuh sakit. Saat menjelang kematiannya, istri Bilal menunggu di sampingnya dengan setia seraya berkata, “Oh, betapa sedihnya hati ini….”
Tapi, setiap istrinya berkata seperti itu, Bilal membuka matanya dan membalas, “Oh, betapa bahagianya hati ini…. ” Lalu, sambil mengembuskan napas terakhirnya, Bilal berkata lirih,
“Esok kita bersua dengan orang-orang terkasih…
Muhammad dan sahabat-sahabatnya
Esok kita bersua dengan orang-orang terkasih…
Muhammad dan sahabat-sahabatnya” —
Bagaimana dengan kita ???